Penggunaan media sosial seringkali disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan ‘pembunuhan’ warganya di dunia maya. Ibarat ‘zombie-zombie’ di dalam dunia maya, mereka memakan habis orang lain dengan kicauan, chat, kata-kata, gambar, dan video-video. Zombie-zombie ini bernama Cyberbullyiers. Mereka ibarat mesin pembunuh yang hadir di tengah-tengah kita dan menggerogoti kita perlahan-lahan dengan tindakan mengancam, mengintimidasi, sampai akhirnya menghancurkan eksistensi kita di dunia maya. Hal ini bisa berujung dengan ‘kematian’ kita di dunia maya yang mempengaruhi kehidupan kita di dunia nyata. Cyberbulliers biasanya melakukan ini demi kesenangan belaka yang haus akan perhatian dan pengakuan di dunia maya. Mereka tega menyebarkan kata-kata yang melukai perasaan, membagikan komentar-komentar pedas dan desktruktif, sampai meluncurkan gambar dan video yang mempermalukan orang lain di depan khayalak ramai. Ironisnya, virus Cyberbulliers ini terasa seperti virus zombie yang menyebar begitu cepatnya di kalangan warga dunia maya. Ketika seseorang ‘digigit’ oleh taring Cyberbulliers, hanya ada dua pilihan. Mati selamanya dari dunia maya atau bangkit sebagai zombie yang tergabung dalam kelompok Cyberbulliers yang baru. Dengan luka yang mendalam, lahirnya Cyberbulliers yang mencari mangsa untuk menyebarkan penyakit ini di kalangan pengguna dunia maya yang masih ‘hidup’. Apabila kita tidak segera memberantas Cyberbulliers di dalam dunia maya, maka kita pun cepat atau lambat akan terkena virus ini. Sebagai dasar dari kebutuhan manusia yang terdalam, setiap warga dunianya tentunya membutuhkan rasa aman dan nyaman untuk beraktivitas di dunia maya. Tanpa terpenuhinya kebutuhan ini, tidak ada orang yang akan tinggal di dalam dunia ini. Sudah saatnya, dunia maya harus disterilkan dari cyberbulliers. Kita tidak bisa lagi hidup aman dan nyaman bersama para zombie yang berkeliaran di sekeliling kita.
Untuk memberantas habis cyberbulliers memang bukanlah tindakan mudah karena target kita yang sesungguhnya bukanlah orang yang melakukan cyberbullying ini tetapi ‘penyakit’ yang ada di dalamnya yang membuatnya menjadi cyberbulliers. Oleh sebab itu, tindakan terbaik yang kita lakukan bukan balik menyerang mereka dengan tindakan anarkis atau kasar, melainkan menyuntikan vaksin yang dapat menyembuhkan mereka dari virus mematikan ini sebelum menyebar kepada sesama warga dunia maya.
Vaksin pertama, teliti sebelum berteman. Bukan hanya membeli, tetapi teliti dalam berteman sangat dibutuhkan di dalam warga dunia maya. Seringkali dengan kebebasan seseorang untuk mencari teman, chat, dan berbagi gambar dan video di dunia maya ini membuat kita menambahkan teman yang tidak di kenal dalam akun kita. Hati-hati dalam memilih teman-teman yang tidak kita kenal dalam akun media jejaring sosial. Memang, menambah teman yang tidak kita kenal di dunia maya tidak dilarang, tetapi sebaiknya berhati-hatilah terhadap orang yang tidak kita kenal di dunia maya karena kita tidak tahu apakah mereka Cyberbulliers atau bukan. Hal yang dapat kita lakukan untuk mencegahnya adalah dengan melihat status dan profile orang yang tidak kita kenal sebelum kita jadikan teman di media sosial. Berhati-hati juga dengan pesan-pesan mencurigakan yang berisi link alamat yang tidak jelas. Jika orang yang kita kenal ternyatada adalah cyuberbulliers, kita dapat memperingatinya dan jika tidak berubah, kita dapat memblok akunnya atau bahkan menghapusnya dari akun kita agar ia menyadari apa yang dilakukannya salah.
Vaksin kedua, lakukan cybersharing yang positif dan bermakna. Dengan membagikan post berisi hal-hal positif seperti pesan, quotes, tulisan, artikel yang memiliki nilai positif memperluas wawasan, akan mendefinisikan identitas kita sebagai orang yang memiliki semangat positi menggunakan dunia sosial media. Salah satunya dengan membagikan quote ataupun artikel yang memang mencegah dan menanggulangi cyberbullying. Meskipun kemungkinan cyberbulliers masih tetap mengincar kita, namun paling tidak kita sudah terbuka dan menyatakan sikap dan komitmen untuk memerangi cyberbullying dengan tindakan positif.
Vaksin ketiga, ajak teman-teman baik korban maupun pelaku cyberbullying yang kita jangkau dan kenal di dunia maya untuk memerangi cyberbulliers. Jika kita sendiri yang mengatasi cyberbullyers, tentu saja para zombie tersebut akan terus mencari korban lain. Dengan menjangkau teman-teman kita yang menjadi korban cyberbulliers, kita dapat menolong mereka memulihkan luka mereka dan juga mengambil tindakan tegas melawan cyberbulliers dengan melaporkannya pada pihak hukum. Selain itu, kita pun dapat menunjukkan pada cyberbulliers bahwa hal yang mereka lakukan salah dan berdampak negatif bagi orang lain. Jika kita memiliki teman yang menjadi zombie di dunia maya, kita pun dapat menegur dan juga menyadarkan mereka bahwa tindakan ini dapat melukai perasaan orang lain.
Pada akhirnya, saya mengajak para pengguna dunia maya untuk bersatu padu memerangi virus cyberbulliers yang menyerang warga dunia maya. Dengan memulainya dari diri sendiri, saya yakin cyberbulliers di sekitar kita akan mulai dipulihkan dari penyakitnya.
Mari bergabung bersama menyebarkan vaksin anti cyberbulliers!
Education x Technology